Foto 1
14 x 8,6cm
14 x 8,6cm
Foto 2
12 x 9,3cm
12 x 9,3cm
Foto 3
12,5 x 9,5cm
12,5 x 9,5cm
Foto 4
12 x 9cm
12 x 9cm
Foto Keluarga Liem Seeng Tee, Pendiri HM Sampoerna
Liem Seeng Tee adalah seorang imigran dari sebuah keluarga miskin di Fujian, Tiongkok. Dia datang ke Indonesia pada tahun 1898 bersama kakak perempuan dan ayahnya. Tak lama setelah tiba di Indonesia, ayahnya meninggal.
Tidak lama setelah menikah dengan Siem Tjiang Nio tahun 1912,
Liem Seeng Tee mendapatkan pekerjaan sebagai peracik dan pelinting
rokok di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Dari situ Liem memperlihatkan
kemampuan alaminya dalam meracik dan melinting rokok. Namun tidak lama
kemudian, Liem berhenti dari pekerjaannya itu dan menyewa sebuah warung
kecil di Jln. Tjantian di Surabaya
Lama. Di warung tersebut Liem bersama istrinya berjualan bahan makanan
kecil, sedangkan Liem Seeng Tee berusaha berjualan rokok racikannya
sendiri. Usaha ini sempat maju ketika jalan raya di depan rumah
dilebarkan, sehingga jalanan menjadi ramai dan pelanggan meningkat.
Tetapi perkembangan pertama ini langsung dihantam oleh pukulan pertama,
gubug tempat tinggal keluarga muda ini terbakar.
Tak lama kemudian ternyata datang kesempatan kedua, sebuah perusahaan
tembakau bangkrut, dan Liem Seeng Tee ditawari untuk membeli unit usaha
itu dengan harga murah, tetapi harus dilunasi dalam waktu kurang dari
24 jam. Liem Seeng Tee merasa beruntung sekali, karena kesempatan yang
tak mungkin muncul lagi itu berhasil diraihnya, karena diam-diam
istrinya menabung pada salah satu tiang bambu rumahnya. Di unit usaha
inilah Liem Seeng Tee berkesempatan memamerkan keahliannya sebagai
peracik tembakau yang sangat andal. Di sini suami istri yang kemudian
dikaruniai dua putra dan tiga putri ini melayani pesanan rokok dengan
aneka citarasa, menggunakan mesin pelinting sederhana.
Tampaknya pasangan ini tidak puas dengan keadaan tersebut, dan
bertekad untuk mengembangkan usaha itu menjadi lebih besar lagi. Langkah
pertamanya adalah membentuk badan hukum dengan nama Handel Maatschappij Liem Seeng Tee (1913), yang di kemudian hari diubahnya menjadi Handel Maatschappij Sampoerna (dan setelah Perang Dunia II berubah lagi menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna / HM. Sampoerna). Perusahaan ini memproduksi rokok dengan aneka macam merek dagang seperti Dji Sam Soe,
“123″, “720″, “678″, dan “Djangan Lawan”. Semua merek itu ditujukan
untuk beragam segmen pasar, tetapi andalannya adalah Dji Sam Soe yang
membidik segmen pasar premium, dengan logo dan kemasan yang
dipertahankan hingga sekarang.
HM Sampoerna mengalami kesulitan besar sepeninggal Liem Seeng Tee,
ketika usaha itu dikelola oleh dua putri Liem Seeng Tee (Sien dan Hwee)
dan menantunya, yakni suami kedua putrinya tersebut. Kesulitan besar itu
muncul karena datangnya investor asing yang masuk ke Indonesia
membangun industri rokok putih dengan teknologi linting mesin. Sementara
itu dua putra Seeng Tee, Liem Sie Hua dan Liem Swie Ling, tidak tertarik meneruskan usaha HM Sampoerna. Liem Sie Hua, si sulung, lebih suka membuka usaha tembakau, sedangkan adiknya, Liem Swie Ling, membuka pabrik rokok di Denpasar dengan merek Panamas, yang produksinya ternyata ikut menggerogoti pasar HM Sampoerna di Jawa Timur.
Khawatir akan nasib HM Sampoerna, Sie Hua akhirnya menyurati adiknya,
dan memintanya untuk mengambil alih perusahaan itu, karena dia merasa
usahanya sendiri tidak bisa dilepaskannya begitu saja. Gayung pun
bersambut, Liem Swie Ling menyanggupi permintaan itu, bahkan akhirnya juga memindahkan Panamas ke Malang, tak jauh dari HM Sampoerna. Liem Swie Ling, yang kemudian selalu memperkenalkan diri sebagai Aga Sampoerna,
kemudian dengan kekuatan penuh mencoba menghidupkan kembali HM
Sampoerna sesuai dengan semangat besar ayahnya. Itulah yang merupakan
awal kebangkitan baru HM Sampoerna
Di tangan Aga Sampoerna perusahaan itu semakin berkibar. Di awal tahun 70an, seiring dengan masuknya Putera Sampoerna,
putera Liem Swie Ling / Aga Sampoerna, ke jajaran manajemen, perusahaan
terus berkembang pesat. Jumlah karyawan sudah mencapai 1200 orang,
dengan produksi 1,3 juta batang rokok per hari. Tahun 1979
pabrik milik HM Sampoerna sempat kembali terbakar habis, tetapi dalam
waktu 24 hari Dji Sam Soe sudah berhasil kembali mendatangi konsumennya.
Aga Sampoerna meninggal dunia pada tanggal 13 Oktober 1995 meninggalkan perusahaan yang terus semakin maju pesat.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Liem_Seeng_Tee Harga Empat Foto:
SOLD